Praya (Global FM Lombok) – Desa Mas Mas Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah (Loteng) sudah menjadi desa wisata sejak beberapa tahun lalu. Desa yang terletak di kaki Rinjani ini menawarkan panorama alam yang indah kepada wisatawan domestik maupun mancanegara. Untuk pengembangan desa wisata, pihak Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa setempat mengharapkan bantuan sarana pendukung lainnya.
“Kami akan manfaatkan Embung Dao sebagai spot wisata. Karena itu kami mengharapkan bantuan berupa perahu karet, sepeda dayung, serta berugak di pinggir embung,” kata Ketua Pokdarwis Desa Mas Mas, Saeful Bahri kepada Global FM Lombok, Selasa (14/1).
Ia mengatakan, potensi Desa Mas Mas untuk lebih berkembang cukup besar, terlebih potensi alam yang dimilikinya memang cukup kaya. Salah satu yang sedang dikembangkan yaitu wisata geopark di lahan seluas 1,25 hektare yang akan diisi dengan taman buah, kolam, serta waterpark. “ Ini untuk menambah jumlah kunjungan ke sini, terutama wisatawan lokal,” terang Saeful.
Baca Juga : Pelaku Industri Pariwisata Minta Dibuatkan Jalur Baru Pendakian Rinjani
Jumlah tamu yang mengunjungi desa wisata Mas Mas memang cukup memuaskan. Tahun 2018 lalu sebelum gempa selama Juli-Agustus, jumlah kunjungan wisatawan mancanagera ke Desa Mas Mas rata –rata sebanyak 150 orang per bulan. Namun pascagempa, jumlah kunjungannya menurun menjadi sekitar 90 orang per bulan.
“Yang lebih mendominasi saat ini wisatawan mancanegara, terutama dari Eropa. Kemarin ada 12 orang turis Jerman yang datang. Dalam ketentuannya, setiap wisatawan mancanegara kita tarik Rp150 ribu per orang. Dana itu kemudian akan menjadi PADes, PADus, untuk sarana pendidikan dan lainnya,” tambah Saeful.
Selain panorama alam, Desa Mas Mas menjual aneka suvenir yang unik. Misalnya olahan kerupuk yang berasal dari bahan dasar bonggol pisang serta sirup pala.
Wisatawan biasanya akan diajak berkeliling spot desa wisata yang diawali dengan kunjungan ke sekolah. Jadi wisatawan bisa berinteraksi dengan siswa sebagai sarana edukasi, selanjutnya mereka diantar ke lokasi kerajinan ketak. ” Wisatawan langsung diajarkan bagaiman membuat aneka kerajinan dari ketak, kemudian membuat kerupuk dari bonggol pisang,” terangnya.
Baca Juga : Lokasi Puncak Event ‘’Bau Nyale’’ Digeser ke Tanjung A’an
Adapun jumlah homestay di desa wisata ini sebanyak 45 unit yang langsung dikelola oleh masyarakat sekitar. Warga memang didorong oleh pemerintah daerah untuk memperbanyak homestay guna menghadapi event MotoGP 2021 mendatang yang diprediksi Lombok akan sangat ramai dengan wisatawan.
“Kita harapkan sentuhan yang lebih besar dari pemerintah untuk medukung kita. Karena apapun keinginan kita dari desa kalau tidak dibarengi dengan sentuhan atau bantuan dari pemerintah, kita agak sulit untuk berkembang,”harapnya. (ris)
No Comments