Mataram (Global FM Lombok) – Mahasiswa penerima Awardee asal NTB berbagi cerita tentang kondisi mereka di Malaysia. Setelah pemerintah diraja menetapkan lockdown bahkan memperpanjang hingga 28 April mendatang.
Selama masa Movement Control Order (MCO) atau istilah setempat Perintah Kawalan Pergerakan (PKP), semua pergerakan ditutup kecuali untuk situasi darurat. MCO atau lockdown tahap pertama ditetapkan sejak tanggal 18 Maret sampai 31 Maret 2020. Jumlah korban tembus hingga 4.346 kasus positif – Covid -19, terdapat penambahan hingga 118 pasien baru, sementara pasien meninggal mencapai 70 orang. Pemerintah setempat pun menetapkan perpanjangan MCO tahap dua sejak tanggal 14 sampai 28 April 2020. Bahkan ada wacana berlanjut hingga tahap 5 sekitar Juni sampai Juli mendatang.
Situasi itu dikabarkan Syarifuddin, awardee NTB di Applied Linguistics, Northern University of Malaysia. Mereka ingin mengabarkan, dalam situasi darurat itu, kondisinya baik baik saja. Bertahan dalam pembatasan aktivitas, namun tetap mendapat jaminan hidup dari pemerintah dan kuliah yang tetap dijalankan dengan konsep berbeda, tutorial online.
Baca Juga :
Karyawan yang Dirumahkan Diberi Stimulan
“Saat ini Malaysia masih lockdown tahap dua, gak ada penerbangan. Kami pikir juga sebaiknya kami tetap di sini. Alhamdulillah sejauh ini, penanganan Covid-19 di sini cukup baik. Kami pun dikasih makan gratis dua kali sehari,” kata Syarifuddin kepada Global FM Lombok via pesan instan, Minggu (12/4).
Meski dalam suasana keterbatasan, aktivitas perkuliahan tetap terjaga via online. Tidak ada pembayaran, karena segala biaya sudah dituntaskan saat awal semester. Dalam waktu dekat, mereka akan masuk ujian akhir semester II , sebagian kampus lainnya masih tengah semester.
Lockdown juga tak terkecuali berlaku di kampusnya. “Kami ini istilahnya ‘terkunci’ di dalam kampus. Gerbang utama kampus dijaga satpam, polisi dan tentara, gak boleh ada yang keluar masuk kecuali darurat seperti ambulans,” tuturnya.
Kerajaan Malaysia dirasakannya sangat konsisten menerapkan lockdown nasional. Selama masa tahap dua , semua mahasiswa dilarang keluar asrama, bahkan untuk hal hal ringan seperti olahraga atau kegiatan fun lainnya. “Tidak ada Jum’atan di masjid kampus, shalat 5 waktu juga tidak di masjid kecuali di kamar masing masing. Kami juga dilarang berkerumun lebih dari 5 orang,” ungkap Syarif.
Baca Juga :
Di Tengah Pandemi, Bulog NTB Lanjutkan Pembelian Gabah Petani
Begitu ketatnya, petugas keamanan kampus patroli siang dan malam. Jika ada yang kedapatan keluyuran akan ditangkap, dihukum sesuai aturan kerajaan. “Tapi sejauh ini gak ada yang ketangkap. Semua mahasiswa patuh pada ketentuan MCO,” sebutnya.
Meski dalam suasana serba terbatas, mereka mendapat jaminan dari kerajaan. Makan gratis dua kali sehari. Bagi yang sudah berkeluarga, ada logistik berupa beras, minyak, telur dan bahan pokok lainnya disediakan untuk dimasak.
Dengan jaminan dari kampus, mereka setidaknya merasa aman dan nyaman selama di karantina di dalam wilayah kampus. Mahasiswa asal Bima yang menetap di Kabupaten Lombok Barat ini ingin berbagi cerita baik, khususnya kepada keluarga dan warga NTB umumnya. Bahwa kondisi mereka baik baik saja, sembari terus merawat semangat bersama sejumlah temannya, seperti Itmam asal Loteng, Hilmi asal Lotim, Alfan asal Kota Bima, juga Hrithik mahasiswa asal Malaysia.
Baca Juga :
Total Positif Corona di NTB 37 Kasus, Empat Pasien Dinyatakan Sembuh
Baharuddin, Mahasiswa Awardee asal NTB lainnya juga membagi cerita soal kondisinya yang tetap terjaga. “Mahasiswa dari NTB yang kuliah di UPSI masih aman. Stay di kost masing masing,” ujarnya.
Kampus pun membantu segala keperluan konsumsi. Sebenarnya ada keinginan untuk pulang ke daerah asalnya, Kabupaten Bima. Namun mereka patuh pada ketetapan kerajaan Malaysia untuk tetap diam di tempat tinggal.
Jika ada situasi darurat atau yang menunjukkan gejala sakit, akan dibawa ke klinik kesehatan kampus dengan layanan lengkap. Tapi sejauh ini dalam situasi pandemi Covid – 19, mereka semua baik baik saja, tidak ada yang menunjukkan gejala mengkhawatirkan. (ars)
No Comments