Mataram (Global FM Lombok)- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kediri Lombok Barat (Lobar), memprediksi puncak kekeringan di NTB bakal terjadi pada bulan September ini. Karenanya, rencana pemerintah provinsi (Pemprov) NTB untuk melakukan hujan buatan pada September untuk mengairi 62 ribu hektar tanaman padi yang terancam mengalami gagal panen, tidak bisa dilakukan. Hal itu karena kondisi atmosfir belum mendukung dengan tidak adanya masa uap air yang bisa menjadi awan.
Hal itu dikatakan Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Kediri Lobar, Wan Dayantolis kepada Global FM Lombok. Jika pemerintah akan membuat hujan buatan pada September ini dinilai akan sia-sia karena sekarang ini permukaan tanah masih sangat kering. Menurutnya hujan buatan itu sangat mungkin dilakukan pada akhir bulan Oktober hingga awal November karena syarat pendukungnya seperti kelembaban angin sudah terpenuhi. Namun, itu masih sangat kecil jika elnino menguat sampai bulan Januari.
“ Jadi sia-sia jika dilakukan September ini. September itu jelas belum dari segi cuacanya dan parameter atmosper itu belum mendukung karena di atas itu masih sangat kering. Yang paling mungkin itu di akhir Oktober sampai dengan awal November itu syarat-syarat pendukungnya seperti kelembaban angin itu bisa terpenuhi. Kalau kalau kondisi el nino itu kuat sampai Januari, peluangnya itu makin kecil”
Meski demikian ia berharap dengan adanya angin baratan yang berhembus pada bulan Oktober bisa meningkatkan kelembaban atmosfer sehingga peluang untuk pengadaan hujan buatan pada bulan Oktober bisa dilakukan walaupun ada elnino. Selain itu, dalam kondisi normal hujan sudah mulai turun pada bulan Oktober namun masih defisit.
Oleh karenanya, jika hujan buatan bisa dilakukan pada akhir Oktober diprediksi akan memperbesar kemungkinan turunnya air hujan. Sementara kondisi saat ini, pulau Sumbawa sudah mengalami hari tanpa hujan selama 131 hari. Adapun pulau Lombok telah turun hujan meski masih defisit. (irs/ris)-
No Comments