Mataram ( Global FM Lombok)- Tak bisa dipungkiri, anomali cuaca membuat produksi pertanian sangat terdampak, terutama tanaman padi. Mulai dari gagal tumbuh hingga gagal panen. Namun kehendak alam bisa dilawan, salah satunya dengan penerapan teknologi pertanian dengan ragamnya yang semakin berkembang.
Anggota Komisi II DPRD NTB Ir. Made Slamet, MM kepada Global FM Lombok mengatakan, cuaca ekstrem kerapkali membuat tanaman petani menjadi rusak. Jika pun tumbuh dan bisa panen, maka hasil panen menjadi berkurang karena cuaca yang tidak mendukung.
“Namun bukan berarti ini tidak bisa diantisipasi. Kita bisa melakukan antisipasi. Pemerintah daerah tidak boleh tinggal diam dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas,” kata Made Slamet.
Ia mengatakan, yang paling penting untuk dilakukan saat ini yaitu meningkatkan SDM petani dan menerapkan teknologi pertanian dalam arti yang luas. Edukasi dan penyuluhan pertanian harus terus dilakukan oleh petugas di lapangan agar petani tidak salah dalam mengambil keputusan.
Terkait dengan teknologi pertanian, sudah banyak temuan- temuan yang hebat oleh para akademisi di kampus. Sebagian sudah disambut oleh pemerintah, namun sebagian lainnya masih tertumpuk di rak rak buku atau jurnal penelitian. Diantara teknologi pertanian yang paling dibutuhkan itu adalah bagaimana membuat tanaman tetap tangguh di cuaca ekstrem dan produknya tetap stabil bahkan meningkat.
“Sebab banyak komoditas yang kita konsumsi hari ini berasal dari luar negeri, yang ditanam di negara dengan cuaca yang tidak kalah ekstrem. Namun mereka mampu menghasilkan pertanian yang unggul di tengah anomali cuaca di dunia. Jika kita mau, kita juga bisa melakukannya ” katanya.
Karena itulah lanjut politisi PDIP ini, peningkatan hasil pertanian di tengah anomali cuaca bisa dilakukan dengan sentuhan teknologi, baik pada saat budidaya maupun pascapanen. Lahan lahan yang tidak terlalu luas bisa menghasilkan komoditas unggulan dengan kuantitas yang menggemmbirakan. “Itu semua bisa kita lakukan dengan penerapan teknologi dan peningkatan SDM pertanian,” tutupnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, Ir. H. Husnul Fauzi, M. Si, didampingin Sekretaris Dinas, Ir. H. Prihatin Haryono, M. Si mengatakan, produksi padi tahun 2020 cukup stabil, meskipun terdapat catatan sepanjang tahun, sejumlah wilayah di provinsi ini pernah banjir, atau kekeringan. Tahun 2020 ini target produksi NTB 2.612.438 ton GKG.
Kepala Dinas menegaskan, tahun 2020 ini cuaca relatif normal. Kendatipun ada beberapa wilayah yang sempat banjir di awal tahun, dan kekeringan di pertengahan tahun, akumulasi gagal panen yang diakibatkannya sangat kecil yaitu tak sampai 1 persen.
NTB pernah mengalami cuaca ekstrem dengan tingkat kerusakan sampai 3,8 persen, sekitar tahun 2010 atau tahun 2015 lalu. Pemerintah sendiri menetapkan angka toleransi maksimal 7 persen, baru dapat dikatakan dapat mengganggu produksi.
“Tingkat kerusakan karena bencana misalnya kalau masih dibawah 7 persen standar pemerintah,masih ditoleransi. Kita tahun ini masih 0, sekian persen akibat banjir dan kekeringan, hampir tidak ada pengaruh terhadap produksi,” jelas kepala dinas.
Banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menghasilkan produksi yang ditargetkan. Dintaranya, pemberian benih unggul kepada petani, bantuan alat-alat dan mesin pertanian. Selain itu, pasca panen petani dibantu permesinan untuk mengurangi kehilangan hasil produksi dari 7 persen menjadi 2 persen.(ris)
No Comments