Mataram (Global FM Lombok)- Pada bulan September 2015, provinsi NTB mengalami inflasi sebesar 0,44 persen. Pemicu inflasi tertinggi pada bulan ini adalah komoditas beras yang mencapai 0,2 persen. Harga beras di pasaran pada bulan September masih tinggi yaitu diatas 10 ribu per kilo. Tidak saja masyarakat umum yang membeli beras, namun petani yang notabene mamproduksi padi juga membeli beras untuk kebutuhan rumah tangga.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB Wahyudin dalam rilisnya Kamis (1/10) mengatakan, pola petani di NTB terutama di pulau Lombok yaitu menjual gabah usai panen. Mereka kebanyakan tidak menyimpan hasil produksi padi sampai musim panen berikutnya. Jika petani bisa menyimpan gabah untuk konsumsi sehari-hari, sumbangan beras terhadap inflasi akan berkurang.
“ Petani, utamanya di Lombok ketika panen itu mereka menjual semua hasil produksinya. Bahkan sebelum mereka panen, sudah ada deal-deal dulu dengan para tengkulak atau para pedagang. Tidak ada yang distok. Tidak ada barang atau komoditi yang hasil pertaniannya itu yang disimpan. Itu jarang sekali. Sehingga ketika mereka membutuhkan beras untuk dikonsumsi mereka beli lagi ke pedagang dengan harga lebih tinggi lagi dengan harga produksinya dia sebenarnya. Sekarang kan sumbangan beras terhadap inflasi sangat tinggi” kata Wahyudin.
Wahyudin mengatakan, selain beras yang memberikan sumbangan inflasi tertinggi, inflasi juga disumbang oleh sewa rumah, mobil, emas perhiasan, rokok filter dan lain sebagainya. Adapun laju inflasi dari tahun ke tahun yaitu September 2015 – September 2014 sebesar 5,42 persen.(ris)-
No Comments