Kuala Lumpur (Global FM Lombok)-
Kuala Lumpur Kepong (KLK) Berhad adalah salah satu perusahaan terbesar di Malaysia bidang perkebunan kelapa sawit yang banyak mempekerjakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal NTB, utamanya dari Lombok. Pekerja migran asal Lombok dikenal rajin dan pekerja keras, sehingga jumlahnya cukup banyak di perusahaan ini.
Suara NTB dan sejumlah media bersama Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi NTB mengungjungi Kebun Tuan Mee Estate Operation di wilayah Selangor yang dikelola oleh KLK Berhad pada Senin (9/12/2024). Kunjungan ini dilakukan untuk melihat secara langsung aktivitas PMI asal NTB dan bagaimana perusahaan memberikan perlindungan untuk mereka.
Senior Plantation Manager KLK Berhad Chin Yik Loon mengatakan, dirinya yang selama 22 tahun bekerja di sini merasa nyaman bekerjasama dengan PMI asal Lombok. Hak-hak sebagai pekerja tetap menjadi perhatian, mulai dari pondok penginapan, fasilitas kesehatan hingga pemantauan masalah psikologi para pekerja.
“Sudah lama kerja sama dengan pekerja dari Lombok. Dari segi budaya, kerajinan dan kesanggupan kerja keras, sanggup menyesuakan diri di Malaysia, kita suka. Pekerja dari Lombok sanggup mengorbankan diri untuk semata-mata cari nafkah. Kita juga beri kebajikan, menjamin gaji dan pendapatan,” kata Chin Yik Loon.
Di Kebun Tuan Mee Estate ini terdapat 2013 hektare lahan perkebunan yang diisi oleh 96 persen batang sawit yang berbuah. Total jumlah pekerja di sini sebanyak 202 orang, di mana sebanyak 43 persennya adalah pekerja dari Indonesia, 38 persen dari Bangladesh, 17 persen India dan hanya 5 persen orang Malaysia.
“Dari jumlah ini sebanyak 86 orang perkerja dari Lombok,” kata Chin.
Bekerja sebagai pemotong buah kelapa sawit adalah salah satu pekerjaan yang banyak dipilih karena berkesempatan mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Rata-rata gaji yang diterima pekerja tak kurang dari 2000 ringgit atau sekitar Rp 7 juta. Namun demikian, gaji yang diterima oleh pekerja tergantung dari tingkat kerajinan mereka.
“Maksimal bisa sampai 4 atau 5 ribu bagi yang rajin, rekor tertingi pernah mencapai 5 ribu ringgit lebih. Kalau musim hujan, kita akan coba tolong, mislanya kerja yang lain, tidak pernah benar-benar nganggur,” katanya.
Berbeda dengan pekerja dari Lombok, pekerja dari India di perusahaan ini lebih suka berada di bagian pengangkutan, menjadi tukang, bagian pestisida dan lain-lain sehingga gaji yang diterima pun berbeda. Pekerja dari Lombok menurutnya lebih senang memotong buah sawit, namun peluang kerja di bidang apapun tetap terbuka peluang untuk semua pekerja.
Sementara itu Kepala Disnakertrans Provinsi NTB I Gede Putu Aryadi mengatakan, pihaknya datang ke KLK Berhad untuk memastikan bahwa PMI asal NTB telah bekerja secara profesional, mendapatkan perlindungan, mendapatkan hak-hak sebagai pekerja sehingga menghasilkan kebaikan bersama antara perusahaan penyedia dan para pekerja.
Ia pun mengapresiasi menajemen Kepong Berhad yang menyelami persoalan yang dihadapi oleh pekerja dan mencarikan jalan keluar agar tetap produktif. Dengan pendekatan seperti itu diharapkan persoalan di negara penempatan bisa terus dikurangi. Harapannya kedepan semakin minim atau bahkan tak ada lagi pekerja yang berstatus ilegal. Karena PMI ilegal itu salah satunya karena ketidakcocokan antara perusahaan dengan pekerja.
Pihaknya juga memberi imbauan kepada semua PMI di Malaysia agar menghindari hal-hal yang merusak masa depan atau bahkan merusak hubungan dengan keluarga di kampung halaman seperti judi online, miras atau narkoba. KLK Berhad juga ikut memberi edukasi agar para pekerja tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum demi kebaikan bersama.
“Disediakan edukasi juga oleh perusahaan, jangan sampai dia bekerja namun habis untuk judi online, miras, dan narkoba. Jangan berbuat yang demikian. Kita sudah bertemu dengan semeton dari Lombok tadi, kita pesan jangan aneh-aneh, ikuti aturan yang ada,” katanya. (ris)
No Comments