Mataram (Global FM Lombok)- Bank Negara Indonesia (BNI) Mataram memberikan perhatian khusus terhadap seluruh aspek pendukung pariwisata, salah satunya soal mutiara Lombok. Bergesernya orientasi bisnis pedagang-pedagang mutiara lokal dikhawatirkan akan mengikis brand ikon NTB ini.
Begitu sering dijumpai maraknya penjualan mutiara oleh para pedagang lapak. Begitu juga pedagang-pedagang di toko mutiara dan perhiasan. Mutiara-mutiara yang dijajakan tersebut bahkan harganya sangat miring karena memang barang itu bukan mutiara asli lokal.
Kepala Cabang BNI Mataram, Akhmad Indra menyatakan kekhawatirannya terhadap eksistensi mutiara lokal karena pedagang menjajakan mutiara yang didatangkan dari Tiongkok. Mutiara-mutiara air tawar dari luar negeri ini biasanya didatangkan dari Tiongkok oleh importir yang ada di Jakarta dan Surabaya.
“Kenapa kita harus lebih mementingkan mutiara-mutiara air tawar luar negeri. Padahal kita punya mutiara lokal yang berkelas,” kata Akhmad Indra.
Menurutnya, harusnya mutiara lokal dibuat branded. Caranya, harus ada toko/pengusaha khusus yang menjual mutiara asli secara konsisten. Memang butuh investasi besar dan butuh waktu untuk berkembang.
“Orang Jakarta ngapain beli mutiara di Lombok, kalau toh yang dibeli itu adalah mutiara Cina yang dibeli oleh pengusaha lokal di Jakarta. Ya beli di Jakarta lah lebih murah,” ujarnya.
Mutira Lombok diyakininya akan tetap menjadi gaya hidup. Meskipun harga pergramnya menyamai emas, tetapi orang tetap akan mencarinya. Selama kearifan lokal ini dijaga mutiara lokal harus menjadi ikon spesial di NTB.
Ia mengambil contoh brand Joger di Bali. Joger menjadi tren karena tidak semua orang memproduksinya. Harusnya mutiara Lombok juga demikian. “Dia akan menjadi branded dan orang dari manapun akan datang mencarinya. Tetapi dengan catatan yang dijual adalah mutiara asli lokal, bukan mutiara Cina yang diimpor. Saya khawatir, kalau dibiarkan seperti ini terus menerus, mutiara Lombok tidak branded karena banyaknya mutiara Cina,” ujarnya.
Mengapa mutiara menjadi perhatiannya, karena BNI adalah salah satu perbankan yang fokus menyiapkan pembiayaan kepada seluruh aspek yang berkaitan dengan pariwisata. Kredit untuk membangun hotel, restoran, jasa travel dan bisnis ikutan pariwisata lainnya. Harapannya, jika mutiara Lombok sebagai kearifan lokal dapat dipertahankan, kedepan pariwisata NTB diyakini jauh lebih maju.
Sebelumnya, Menko Perekonomian, Darmin Nasution melakukan kunjungan ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah pada 11 Februari 2017 lalu. Mutiara lokal menjadi salah satu perhatiannya. Mutiara lokal yang mampu bersaing dengan cara dibuat pembudidayaan secara terintegrasi di kawasan ini guna mendukung penguatan brand pariwisata NTB.
Saran ini disampaikannya secara langsung dihadapan Jajaran Direksi Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC), jajaran Pemprov NTB dan Pemkab Lombok Tengah yang mendampinginya.
Satu persatu diulas, rencana besar pembangunan Mandalika Resort diharapkan tak mengikuti konsep pembangunan pariwisata di daerah lainnya. Karena itulah, dengan memunculkan ikon lokal, salah satunya mutiara yang dikembangkan secara terintegrasi, diharapkan akan menjadi nilai jual tersendiri bagi pariwisata NTB kedepannya.
“Pariwisata memerlukan trade mark-nya sendiri. Tidak bisa ikut-ikutan, nanti bisa males orang datang kesini,” pesannya.
Mengkombinasikan budidaya mutiara di KEK Mandalika menurutnya dapat menjadi nilai lebih bagi KEK Mandalika kedepan. Karena itulah ia meminta agar mulai dipersiapkan dari awal pembangunannya.
“Saya tadinya harapkan Surabaya jadi hub pengembangan mutiara, intan emas dan lain-lain. Tapi keliatannya belum keluar-keluar. Kalau tidak, kenapa tidak dimulai dari Lombok,” tambahnya.
Karena itu juga, ia mendorong agar semua pihak yang ada di daerah, termasuk ITDC untuk mendesain dan mulai mengajak para investor pembudidaya mutiara agar tak hanya menggiatkan ekspor ikon NTB ini. Tetapi harus dikembangkan sentranya.(bul)
No Comments