Mataram (Global FM Lombok)- Alih fungsi lahan di Kota Mataram terus terjadi setiap tahun. Misalnya tahun 2020 hingga Agustus lalu jumlah alih fungsi lahan mencapai 43 hektar. Diprediksi, tiga hingga empat tahun kedepan, alih fungsi lahan menyasar lahan pertanian berkelanjutan.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram, H. Mutawalli kepada Global FM Lombok Jum’at (15/1) di Mataram. Menurutnya, jika pembangunan fisik makin marak maka akan mempengaruhi saluran irigasi pertanian, khususnyan di lahan pertanian berkelanjutan. Padahal, lahan berkelanjutan ini diperuntukkan untuk mempertahankan produksi pertanian di Kota Mataram.
“Ketika dia didekati oleh pengembang, di sebelahnya sudah terbangun misalnya, otomatis dia juga terkena (pembangunan). Potensi dia akan kena ( pembangunan) itu tiga atau empat tahun kedepan. Namun untuk sementara ini dia berjarak beberapa petak. Ada potensi baik secara legal atau tidak legal, masyarakat akan membangun,”katanya.
Ia mengatakan, saat ini lahan pertanian yang masih tersedia di Kota Mataram yaitu sekitar 1.400 hektar. Alih fungsi lahan lebih banyak diperuntukkan untuk pembangunan perumahan. Pasalnya saat ini, pembangunan perumahan semakin marak di Kota Mataram seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
“Saat ini yang masih tersisa lahan pertanian sekitar 1.400 hektar,”katanya
Saat ini kata Mutawalli, lahan pertanian yang masih tersisa saat ini lebih banyak ditanami padi jika dibandingkan dengan komoditas pertanian yang lain. Meskipun alih fungsi lahan tetap terjadi di Kota Mataram, produksi gabah masih tetap terjaga dan mencapai target. Bahkan jumlah produksi tahun 2020 kemarin melebih dari target yang ditentukan.
“Tahun lalu target produksi gabah 30 ribu ton, dan realisasi lebih dari 30 ribu ya. Lahan kita menyempit tapi produktifitas kita tingkatkan. Kita masih pakai sistem jajar legowo. Ketat kalau di Kota Mataram,”katanya.(azm)
No Comments