BerandaBerandaDugaan Siswa Keracunan Konsumsi MBG, Dinkes NTB Lakukan Investigasi, BPOM Uji Mikrobiologi

Dugaan Siswa Keracunan Konsumsi MBG, Dinkes NTB Lakukan Investigasi, BPOM Uji Mikrobiologi

Mataram (globalfmlombok.com) – Dinas Kesehatan (Dinkes) NTB tengah melakukan investigasi terkait dugaan siswa di Empang, Kabupaten Sumbawa keracunan paket Makan Bergizi Gratis (MBG), Selasa (16/9/2025) lalu. Sementara Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM) Mataram, sedang melakukan uji mikrobiologi untuk memastikan penyebab siswa mengalami gejala keracunan.

Kepala Dinkes NTB, dr.H.Lalu Hamzi Fikri pada Jumat (19/9/2025) mengatakan, saat ini pihaknya tengah menginvestigasi temuan kasus dugaan keracunan MBG di Sumbawa. “Kita dalam proses investigasi baik itu di Puskesmas dengan ahli gizi dan juga (di) sekolah kita sudah lakukan wawancara kepada siswa,” katanya.

Dari hasil investigasi sementara, ada indikasi gejala muntah. Mual setelah mengonsumsi paket MBG. Pihaknya kemudian membawa sampel makanan yang dikonsumsi siswa untuk pengujian di laboratorium. “Kita masih menunggu konfirmasi hasil laboratoriumnya,” jelasnya.

Ia juga melaporkan, bahwa puluhan siswa yang dirawat di Puskesmas setempat sudah sehat dan sudah bisa pulang ke rumah masing-masing. “Biaya perawatan semua siswa sepenuhnya ditanggung oleh pemilik SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi),” ungkapnya.

Perkuat Langkah Antisipasi Hindari Keracunan Menu MBG

Hamzi menegaskan bahwa ke depan, pihak terkait mesti memperkuat langkah antisipatif demi mencegah kejadian serupa terulang kembali.  Peran Satgas MBG tingkat provinsi juga mesti memperkuat koordinasi dengan pihak terkait seperti Dinkes, dan juga BPOM.

“Pengawasan itu juga tetap kita harus perkuat di sisi higiene dan sinitasi kemudian rantai distribusi juga kita perkuat dan juga standar penyimpanan juga perlu dilihat, terutama di seluruh dapur MBG,” jelasnya.

Hamzi juga meminta Satgas MBG untuk memastikan agar distribusi makanan tidak melebihi jeda waktu aman konsumsi yakni maksimal dua jam. Kemudian, pengaturan jadwal supervisi oleh tim ahli gizi dan pengawas lapangan perlu dilakukan. Pemda Sumbawa, lanjut Hamzi juga punya peran pada aspek pendampingan kepada korban.

Lalu, evaluasi terhadap SOP, terutama pada aspek distribusi MBG ke wilayah sasaran di Pulau Sumbawa. “Kemudian ada juga penguatan dari sisi Pemda Sumbawa di sisi percepatan hasil uji lab-nya,’’ jelasnya.

Hamzi juga mengatensi perlunya langkah mitigasi, khususnya dari menu MBG. Menurutnya, langkah tersebut untuk memastikan menu yang tersaji layak santap.

BPOM Mataram Lakukan Uji Mikrobiologi

Sementara itu, ditemukan sejumlah kasus keracunan menu MBG di NTB, pihak BPOM Mataram tidak tinggal diam. Beberapa kasus diduga terjadi seperti  di Lombok Barat dan di Kabupaten Sumbawa.

Demikian disampaikan Kepala BPOM Mataram, Yosef Dwi Irwan yang dikonfirmasi, Jumat (19/9). Katanya, di Lobar, ditemukan sebanyak 17 siswa diduga keracunan MBG. Di Sumbawa, 130 siswa di Kecamatan Empang  diduga mengalami keracunan dengan gejala mual, muntah, dan diare. Keracunan itu diduga akibat menu MBG yang tercemar bakteri Escherichia Coli (E. Coli).

Yosef Dwi Irwan mengatakan, akan melakukan uji mikrobiologi terhadap sampel makanan program MBG menyusul sejumlah kasus dugaan keracunan yang terjadi di Lombok dan Sumbawa.

“Kami dari BPOM Mataran akan melakukan pengujian terkait parameter ataupun mikrobiolog. Sampel yang selama ini dari Lombok Barat, Sumbawa sudah masuk. Nanti kami melakukan pengujian untuk memastikan terkait apa penyebab keracunan,” ujarnya, Jumat, 19 September 2025.

Menurutnya, hasil uji laboratorium selama ini sering mengindikasikan adanya cemaran Bakteri E.coli, yang menunjukkan adanya masalah pada aspek higienitas dan sanitasi. Namun penyebab keracunan dinilai kompleks, bisa berasal dari proses pemasakan di Sentra Penyediaan Pangan Gotong Royong (SPPG) maupun di sekolah, hingga perilaku siswa yang langsung mengonsumsi makanan tanpa cuci tangan.

“Tapi ada dua hal yang perlu kita lihat, bahwa proses pemasakan di SPPG nya ataukah di sekolahnya sendiri. Berdasarkan penelusuran di sekolah nya kemarin, anak anak ini saat mereka menu MBG itu mereka langsung mengkonsumsi tanpa cuci tangan dulu,” katanya.

BPOM Soroti Sanitasi di SPPG

BPOM juga menyoroti sanitasi di SPPG, termasuk proses distribusi makanan yang idealnya harus segera dikonsumsi maksimal lima jam setelah dimasak. Proses pengolahan dalam jumlah besar juga menuntut standar kebersihan yang ketat, seperti penggunaan sarung tangan, masker, penutup kepala, dan kewajiban mencuci tangan bagi petugas.

Selain faktor makanan, kebiasaan siswa yang mengonsumsi air keran tanpa dimasak juga menjadi perhatian. Menurut Yosef, perlu adanya edukasi kepada siswa agar tidak mengkonsumsi air keran sembarangan.

 “Terkait pentingnya cuci tangan sebelum makan menggunakan sabun. Ada di sekolah yang cuci tangan tetap tidak ada sabunnya. Itukan sama saja,” katanya.

Dia menegaskan, pengujian mikrobiologi memerlukan waktu lebih lama dibanding uji kimia karena harus melalui proses inkubasi dan verifikasi ulang. Hasil akhir akan disampaikan ke Dinas Kesehatan sebagai pihak yang berwenang menangani kasus ini.

“Kalau kasus di Sumbawa, kurang lebih kalau kita uji lengkap yang lama itu uji mikrobiologi. Karena kalau uji kimia seperti pH, nitrit dan sianida itu tidak lama karena penggunaan rapid. Yang lama itu mikrobiologi karena harus diinkubasikan. Bisa empat sampai lima hari. Biasanya hasil ujinya kita sampaikan ke Dinas Kesehatan,” pungkasnya. (sib/era)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -


16,985FansSuka
1,170PengikutMengikuti
2,018PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
3,005PelangganBerlangganan
BERDASARKAN TAG
BERDASARKAN KATEGORI