Selong (globalfmlombok.com) – Kehadiran program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) belum dirasakan manfaatnya secara langsung oleh para petani dalam hal peningkatan nilai jual produksi petani. Program unggulan pemerintah ini dinilai belum berdampak pada perbaikan harga sejumlah komoditas pertanian.
Bahkan, beberapa komoditi justru mengalami penurunan harga. Seperti yang diungkapkan Anita, seorang petani dari Desa Tembeng Putik, Kecamatan Wanasaba. “Tomat justru sekarang harganya turun,” ujarnya kepada globalfmlombok.com, Sabtu (18/10/2025).
Harapan kini tertumpu pada peran Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau pengelola dapur sehat untuk lebih mengakomodir petani lokal. Selama ini, pengadaan sayuran untuk dapur MBG masih dilakukan melalui perantara pengepul, bukan membeli langsung dari petani.
“Kami berharap ke depan pihak dapur yang turun langsung ke petani membeli kebutuhan bahan makan MBG. Sehingga hal ini akan lebih menguntungkan bagi petani,” harap Anita.
Penyerapan hasil pertanian secara langsung oleh program MBG diharapkan bisa menjadi solusi di tengah ketidakpastian harga pasar, baik untuk sayur-mayur maupun tanaman hortikultura seperti cabai dan tomat. Saat ini, siklus distribusi masih berputar dari petani ke pengepul, kemudian baru ke dapur MBG.
Keberadaan Dapur MBG Berpeluang Meningkatkan Kesejahteraan Petani
Dengan semakin banyaknya dapur MBG yang beroperasi di Lotim, makin besar pula peluang untuk meningkatkan kesejahteraan petani, asalkan disertai dengan pembelian hasil panen dengan harga yang lebih baik daripada pasar.
Salah satu masalah klasik yang dihadapi petani adalah anjloknya harga saat panen raya. Padahal, dari sisi kualitas dan hasil produksi, banyak yang cukup bagus. Seperti pengalaman seorang petani cabai yang pada panen kedua di lahan 14 are mampu menghasilkan lebih dari 2 kuintal.
Di sisi lain, dukungan untuk program MBG juga datang dari berbagai pihak. Seorang petani sekaligus pemilik Repok Literasi di Desa Banjarsari, Kecamatan Labuhan Haji, menyatakan kesiapannya untuk mendukung program ini dengan menyuplai bahan baku pertanian organik.
“Hasil pertanian di Repok Literasi yang akan disuplai meliputi sayuran dan umbi-umbian yang ditanam dengan metode ramah lingkungan dan pupuk organik,” jelasnya.
Menurutnya, kolaborasi dengan petani lokal tidak hanya akan meningkatkan nilai jual hasil pertanian, tetapi juga memperluas dampak positif MBG. Program ini dinilai tidak hanya bermanfaat bagi penerima, tetapi juga dapat menggerakkan perekonomian masyarakat, termasuk petani, peternak, dan UMKM.
Kepala Dinas Pertanian Lotim, Lalu Fathul Kasturi, meyakinkan bahwa hasil pertanian Lotim akan diserap oleh dapur MBG. “Semakin banyak dapur MBG, maka akan semakin banyak produk hasil pertanian yang bisa dibeli,” tegasnya.
Meski beberapa komoditas tertentu belum bisa diproduksi di Lotim, Fathul Kasturi meyakini sebagian besar hasil pertanian lokal akan terserap dengan baik seiring berjalannya program MBG, asalkan mekanisme pembeliannya dapat dioptimalkan untuk memihak pada petani. (rus)


