Mataram (globalfmlombok.com)
Isu beras premium oplosan yang belakangan ramai diberitakan secara nasional tampaknya belum berdampak besar terhadap aktivitas jual beli di pasar tradisional Kota Mataram. Di Pasar Karang Jasi, Cakranegara misalnya, suasana masih seperti biasa. Lapak-lapak beras tetap didatangi pembeli tanpa ada perubahan signifikan.
Salah seorang pedagang beras lokal yang sudah belasan tahun membuka lapak di pasar tersebut, Wayan, mengaku tak merasakan dampak langsung dari hebohnya kabar tersebut. Penjualan beras di tokonya, kata dia, tetap berjalan normal seperti hari-hari sebelumnya.
“Saya tahu ada beritanya, soal merek-merek besar yang katanya ngoplos beras premium. Tapi di sini, nggak ada perubahan apa-apa. Pembeli juga nggak ada yang nanya-nanya soal itu,” ujarnya saat ditemui Suara NTB, Jumat, 18 Juli 2025.
Isu yang dimaksud Wayan merujuk pada temuan Kementerian Pertanian yang mengungkap dugaan pengoplosan beras oleh sejumlah merek ternama. Beberapa produk diduga mencampurkan beras kualitas rendah lalu menjualnya kembali dengan label premium. Harapannya, isu ini bisa mendorong konsumen beralih ke beras lokal yang lebih jelas asal-usulnya.
Namun menurut Wayan, pergeseran minat ke beras lokal belum tampak. “Ya mungkin karena belum semua orang tahu isunya, atau mereka tetap beli beras premium tapi cari merek yang aman-aman aja,” ujarnya.
Wayan menjelaskan bahwa ia menjual beras lokal hasil panen petani di Lombok Barat dan Lombok Tengah. Ia memastikan beras dagangannya murni tanpa campuran. Harganya pun stabil di kisaran Rp14 ribu hingga Rp15 ribu per kilogram. Ia mengandalkan kepercayaan pelanggan lama yang sudah mengenal kualitas produknya.
“Kalau menurut saya, selama berasnya bersih, pulen, terus timbangannya juga nggak kurang, orang tetap beli. Mereka juga nggak semua ngikutin berita-berita itu,” tuturnya santai.
Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram melalui Dinas Perdagangan (Disdag) turut bergerak cepat menindaklanjuti isu ini. Pada Kamis, 17 Juli 2025, Disdag bersama tim melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah retail modern di Kota Mataram.
Sidak dilakukan di empat titik, yakni Alfamart, Indomaret, MGM, dan Hypermart Lombok Epicentrum Mall (LEM). Dari hasil pengecekan tersebut, tidak ditemukan adanya pelanggaran baik dari segi takaran maupun mutu kemasan beras.
“Dari hasil penimbangan, semua masih sesuai standar. Kami belum temukan indikasi beras yang dicampur atau takarannya meleset,” terang Kepala Bidang Bahan Pokok dan Penting (Bapokting) Disdag Kota Mataram, Sri Wahyunida.
Ia mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak langsung percaya dengan isu yang beredar. “Lihat dulu kondisi di lapangan. Kami di daerah tetap awasi, dan sejauh ini aman,” tambahnya.
Sebagai informasi tambahan, di tingkat nasional, Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri tengah memeriksa empat produsen besar dalam kasus dugaan pelanggaran mutu dan takaran beras premium. Keempatnya antara lain Wilmar Group (dengan merek Sania, Sovia, dan Fortune), PT Food Station Tjipinang Jaya, PT Belitang Panen Raya, dan PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group). Merek-merek tersebut diketahui beredar luas di berbagai retail modern.
Meski begitu, hingga kini belum ada temuan serupa di Mataram. Pemkot melalui Disdag menegaskan akan terus melakukan pemantauan berkala terhadap peredaran beras kemasan, baik di pasar modern maupun pasar tradisional, untuk memastikan masyarakat tetap merasa aman dan terlindungi.(hir)