BerandaBerandaDari Otak Keris ke Swiss, ‘Harta Karun’ dari Perut Sumbawa Menyulut Harapan

Dari Otak Keris ke Swiss, ‘Harta Karun’ dari Perut Sumbawa Menyulut Harapan

Mataram (globalfmlombok.com)-

Suasana Pelabuhan Benete di Sumbawa Barat tak pernah benar-benar sepi. Di dermaga itu, kapal-kapal kargo dan kontainer silih berganti merapat. Sesekali muncul kapal tanker LNG raksasa MT Lady Eva, yang saban waktu mondar-mandir membawa gas alam cair dari Bontang, Kalimantan Timur. Gas itu menjadi bahan bakar bagi Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) milik PT Amman Mineral Internasional (AMMAN), jantung energi kawasan tambang Batu Hijau.

Tak jauh dari pelabuhan, berdiri megah kompleks smelter dan Precious Metals Refinery (PMR) milik AMMAN di Dusun Otak Keris, Desa Maluk, Kecamatan Maluk. Dari perut bumi Batu Hijau, bijih tembaga dan emas ditambang, lalu dialirkan ke pabrik raksasa itu. Di sinilah “harta karun” tambang NTB dilebur dan dimurnikan menjadi katoda tembaga, emas, hingga perak batangan—produk bernilai tinggi yang kini mulai melintasi batas negara.

Fasilitas pengolahan atau smelter tembaga dan logam mulia milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara yang berlokasi di Sumbawa Barat, NTB. (Dok. PT Amman Mineral Nusa Tenggara )

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, Wahyudin, smelter AMMAN mulai berproduksi pada semester kedua 2025. Tepat pada Agustus, NTB untuk pertama kalinya mengekspor hasil olahan tambangnya: 345 kilogram emas murni dikirim ke Swiss, senilai 37,4 juta Dolar AS atau sekitar Rp516 miliar.

“Kalau smelter bisa beroperasi optimal dan seluruh proses pemurnian dilakukan di daerah, nilai tambahnya akan semakin besar. Dana bagi hasil meningkat, industri hilir pun bisa tumbuh. Karena itu, kami berharap kawasan industri di Sumbawa Barat bisa segera dikembangkan,” kata Wahyudin, Kamis 2 Oktober 2025.

Kepala BPS NTB Wahyudin (globalfmlombok.com/dok)

Namun, geliat industri baru itu belum sepenuhnya tercermin pada angka pertumbuhan ekonomi. Pada triwulan I 2025, ekonomi NTB tercatat minus 1,43 persen (year on year). Produksi smelter belum diekspor, sementara sektor pertambangan—penopang utama PDRB setelah pertanian—mengalami perlambatan. Di triwulan II 2025, pertumbuhan ekonomi kembali tertekan minus 0,82 persen (year on year), dengan kontraksi tajam di sektor tambang mencapai 29,23 persen.

Meski demikian, ada secercah cahaya dari sektor industri pengolahan. Di periode yang sama, pertumbuhannya melonjak hingga 66 persen, karena dipengaruhi oleh industri smelter. Ini menjadi lompatan besar bagi provinsi yang sebelumnya hanya mengandalkan industri kecil – menengah seperti tembakau, pengolahan ikan, dan multipleks di Lombok Tengah.

“Dulu kita tak punya smelter. Sekarang, industri besar mulai tumbuh di NTB,” ujar Wahyudin.

Kepala Bank Indonesia NTB, Hario K. Pamungkas di kesempatan lain menekankan pentingnya hilirisasi, agar hasil tambang tak lagi diekspor mentah, melainkan diolah menjadi produk bernilai tinggi.

“Sekarang barang tambang harus diolah dulu di dalam negeri. Itu butuh tenaga kerja baru dengan keterampilan berbeda,” kata Hario kepada globalfmlombok.com belum lama ini.

Pembangunan smelter di Sumbawa Barat, menurut Hario, adalah momentum penting. Ia mencontohkan provinsi lain seperti Maluku Utara dan Sulawesi Tengah yang ekonominya kini tumbuh pesat setelah industri pengolahan logam beroperasi.

“Pertumbuhan di sana mulai bergeser, dari tambang ke manufaktur. Itu tanda ekonomi yang lebih berkelanjutan,” ujarnya.

Hario percaya, ketika smelter NTB beroperasi penuh, kebutuhan tenaga kerja akan meningkat—dari operator mesin hingga ahli kimia dan insinyur metalurgi. Peluang kerja akan terbuka lebar, dan keterampilan lokal ikut naik kelas.

“Kalau bisa dimanfaatkan dengan baik,” katanya, “smelter akan jadi penggerak utama ekonomi NTB ke depan. Bukan hanya menaikkan pertumbuhan, tapi juga memperluas kesejahteraan,” imbuh Hario.

Ekonom Unram Iwan Harsono (globalfmlombok.com/dok)

Habis Kontraksi, Terbitlah Harapan Tumbuh 4,7 Persen

Gambaran optimis ekonomi NTB diperkuat oleh hasil simulasi Ekonom Universitas Mataram, Prof.(Associate) Iwan Harsono. Ia memetakan tiga skenario pertumbuhan ekonomi NTB pada 2025—konservatif, moderat, dan optimis—dengan atau tanpa dukungan sektor tambang. Dalam simulasi konservatif, jika sektor tambang terkontraksi minus 5 persen akibat berkurangnya ekspor, maka ekonomi NTB hanya tumbuh 1,5 hingga 2,8 persen. Namun jika tambang netral (nol persen pertumbuhan), ekonomi bisa tumbuh 4,0–4,7 persen, tergantung skenario. Sedangkan dalam skenario optimis, pertumbuhan NTB berpotensi mencapai 4,8–5,2 persen.

“Yang penting sekarang bagaimana pemerintah daerah bisa melobi agar ekspor segera berjalan lancar,” kata Iwan.

Ia menilai penurunan ekonomi NTB di dua triwulan pertama bukan karena lemahnya kebijakan daerah, melainkan karena pembatasan ekspor konsentrat yang diberlakukan pusat terhadap PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).

“Jangan disalahkan pemerintah NTB karena terjadi penurunan. Bukan keputusan kita. AMMAN juga kan sudah bisa melakukan ekspor emas Batangan,” kata Iwan.,” ujarnya dalam diskusi ekonomi di Kantor Gubernur NTB, awal Oktober lalu.

Menurut Iwan, kontribusi tambang terhadap ekonomi NTB terlalu besar untuk diabaikan. Namun di sisi lain, industrialisasi melalui smelter menjadi kunci agar daerah tak lagi bergantung pada komoditas mentah. “Kalau semua dilakukan di sini, dari tambang, pengolahan, sampai ekspor, nilai tambahnya luar biasa,” katanya.

Ekonom Unram M Firmansyah (globalfmlombok.com/dok)

Ekonom Universitas Mataram, Dr. M. Firmansyah, memandang pembangunan smelter sebagai penanda babak baru bagi ekonomi NTB. Menurutnya, pemurnian mineral di fasilitas ini bisa menjadi titik balik yang memperluas sumber pertumbuhan ekonomi daerah yang selama ini terlalu bergantung pada tambang mentah.

“Karakter pertumbuhan ekonomi NTB selama ini memang banyak bersumber dari sektor tambang. Sektor lain memberi kontribusi, tapi lebih sebagai pelengkap,” ujar Firmansyah kepada globalfmlombok.com.

Ia menjelaskan, saat smelter beroperasi penuh, arah pertumbuhan ekonomi bisa berbalik naik—atau sebaliknya—tergantung seberapa intens fasilitas itu menghasilkan produk yang layak ekspor.

“Namun kita optimistis. Smelter yang hidup dan membentuk kawasan usaha akan menyerap banyak tenaga kerja,” katanya.

Menurut hasil berbagai riset yang dikajinya, keberadaan kawasan industri mampu menciptakan ribuan lapangan kerja baru. Efek gandanya terasa langsung pada peningkatan pendapatan dan konsumsi rumah tangga di daerah. Karena itu, Firmansyah menekankan pentingnya memastikan tenaga kerja di sektor smelter berasal dari masyarakat lokal.

“Logikanya sederhana, masyarakat lokal akan membelanjakan uangnya di sini. Itu yang membuat ekonomi berputar,” ujarnya.

Meski saat ini ekspor hasil tambang masih minim, ia melihat justru pemurnian di dalam daerah bisa memperluas pertumbuhan ekonomi yang lebih riil. Pemerintah daerah, menurutnya, perlu menyiapkan kawasan penyangga dan mendesain klaster industri baru yang siap diisi oleh investor.

“Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah pasokan kebutuhan smelter. Semua harus diidentifikasi secara nyata dan disediakan lewat entitas bisnis lokal,” tambahnya.

Butuh “Double Kick”: Relaksasi dan Optimalisasi Smelter

RAPAT- Pimpinan Dewan dan Pimpinan Komisi III DPRD NTB menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan jajaran direksi PT AMNT, Senin (13/10/2025).(globalfmlombok.com/ist)

Pimpinan DPRD NTB bersama Pimpinan Komisi III DPRD NTB pada Senin 13 Oktober 2025 telah menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan jajaran AMMAN. Pertemuan ini untuk mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi NTB melalui ekspor konsentrat dan optimalisasi pengolahan hasil galian tambang di Smelter.

“Pertumbuhan ekonomi kita terus turun, dan ini bikin kami gelisah,” ujar Ketua Komisi III DPRD NTB Sambirang Ahmadi.

Ia menegaskan, pelemahan ekonomi NTB bukan karena macetnya aktivitas tambang, melainkan karena rantai pengolahannya belum berjalan penuh. Smelter yang dibangun megah di Sumbawa Barat, belum menyerap seluruh hasil tambang.

“Smelter PT Amman belum bisa menyerap 100 persen konsentrat karena masih tahap komisioning. Ini teknologi tinggi, jadi butuh waktu,” sambungnya.

Hal itu disampaikan Sambirang usai berdiskusi dengan enior Manager Eksternal PT. AMMAN Ahmad Salim, Senior Manager Sosial Impact Aji Suryanto serta Manager Eksternal Relation Zulkipli Fajariadi.

Kondisi itu membuat produksi konsentrat tetap berjalan, tapi hasilnya menumpuk di gudang. Tak bisa dikirim, tak bisa diolah maksimal. Rantai ekonomi pun tersendat. DPRD menilai situasi ini membutuhkan diskresi dari pemerintah pusat, semacam ruang napas untuk sementara agar ekspor konsentrat bisa dibuka kembali sembari menunggu smelter beroperasi penuh.

“Kami menyarankan pimpinan DPRD dan Gubernur NTB datang langsung ke Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan. Harus ada kebijakan relaksasi ekspor, karena pertumbuhan ekonomi kita minus akibat ekspor konsentrat yang tertahan,” ujar Sambirang.

Ia menyebut, jika NTB ingin keluar dari tekanan pertumbuhan negatif, dibutuhkan dua langkah paralel — double kick, begitu istilahnya. Pertama, memperjuangkan izin relaksasi ekspor dari pemerintah pusat agar barang dan jasa tetap bergerak. Kedua, mempercepat optimalisasi pengolahan konsentrat di smelter agar nilai tambah tetap tercipta di dalam daerah.

“Kalau dua-duanya jalan paralel, Insya Allah di akhir tahun pertumbuhan ekonomi NTB bisa positif lagi. APBD kita pun akan mendapat tambahan signifikan dari Dana Bagi Hasil (DBH) sektor pertambangan,” katanya.

Sambirang memperkirakan, jika PT AMMAN tak bisa mengekspor konsentrat hingga akhir tahun, potensi kehilangan pendapatan daerah bisa mencapai Rp200 miliar. “Itu angka yang tidak kecil,” ujarnya.

Menurut politisi asal PKS itu, target pertumbuhan ekonomi NTB dalam RPJMD 2025–2030 dipatok di angka 6,7 persen pada 2026. Tapi, tanpa dukungan sektor tambang, target itu akan sulit dicapai. “Kalau hanya mengandalkan sektor non-tambang, nyaris mustahil. Jalan satu-satunya adalah relaksasi ekspor sambil memastikan smelter beroperasi optimal,” tegasnya.

Senior Manager Eksternal Ahmad Salim tentu menyambut positif dorongan DPRD NTB tersebut. Dikatakan, saat ini masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diselesaikan agar operasional smelter dapat berjalan secara optimal. Sehingga bisa memberikan kontribusi maksimal terhadap ekonomi daerah.

“Kami ingin memastikan agar keberadaan industri pertambangan ini benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat dan berkontribusi nyata terhadap perekonomian daerah NTB,” papar Ahmad Salim.

Lampu Hijau Relaksasi Ekspor Konsentrat, Napas Baru Ekonomi NTB

Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal saat meninjau Smelter PT AMNT di Sumbawa Barat pada 8 Maret 2025 (globalfmlombok.com/Diskominfotik NTB)

PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) akhirnya memperoleh izin relaksasi ekspor konsentrat tambang dari pemerintah pusat. Kebijakan ini diharapkan dapat membantu memperbaiki pertumbuhan ekonomi NTB yang sempat terkontraksi pada dua triwulan terakhir.

Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, menyampaikan bahwa keputusan pemerintah pusat tersebut merupakan hasil dari berbagai upaya dan komunikasi yang dilakukan bersama sejumlah kementerian terkait. Menurutnya, salah satu pertimbangan utama pemberian relaksasi ekspor adalah kondisi perekonomian NTB yang tumbuh negatif pada triwulan I dan II tahun 2025.

“Alhamdulillah, atas upaya bersama semua pihak, relaksasi ekspor konsentrat itu sudah turun pada 14 Oktober kemarin,” ujar Iqbal kepada wartawan di Mataram, Jumat malam (17/10/2025).

Iqbal menjelaskan, ekspor bahan mentah hasil tambang selama ini menjadi salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi NTB. Sejak diberlakukannya larangan ekspor konsentrat pada awal 2025, aktivitas ekspor AMNT terhenti dan berdampak signifikan terhadap kinerja ekonomi daerah.

Terkait jangka waktu izin ekspor, Iqbal memperkirakan relaksasi akan berlaku hingga smelter milik AMNT beroperasi penuh. Saat ini, perusahaan tersebut tengah menyiapkan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) sebagai tindak lanjut dari izin yang baru diterima.

Di pelabuhan Benete, aktivitas tak berhenti. Kapal-kapal terus bergerak, mengangkut energi, logam, dan harapan baru. Dari dusun Otak Keris hingga ke Swiss, denyut ekonomi NTB mulai berpindah arah—dari tambang mentah menuju industri bernilai tambah.(ris)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -


16,985FansSuka
1,170PengikutMengikuti
2,018PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
3,005PelangganBerlangganan
BERDASARKAN TAG
BERDASARKAN KATEGORI