Giri Menang (globalfmlombok.com) – Warga Dusun Bermi, Desa Jagaraga, Kecamatan Kuripan, Lombok Barat (Lobar) beramai-ramai mendatangi SPBE di daerah setempat menyusul kelangkaan gas elpiji yang berlangsung sejak sebulan terkait. Gas elpiji langka ini mengakibatkan warga tidak bisa beraktivitas memasak, berusaha dan lainnya. Lebih-lebih saat ini sedang musim hari besar Islam yaitu Maulid Nabi.
Warga beramai-ramai mendatangi SPBE pada Selasa (16/9/2025), sekitar pukul 07.00 Wita. Mereka menuntut bisa membeli gas LPG dari SPBE tersebut, karena sulitnya mendapatkan gas elpiji. Hingga pukul 13.00 Wita, warga bertahan di SPBE menunggu keputusan pihak pengelola bisa membeli gas elpiji.
Aksi warga ini pun mengundang aparat kepolisian untuk berjaga-jaga di lokasi. Warga yang gerah pun mengancam akan menjarah gas elpiji yang ada di SPBE tersebut.
Kepala Dinas (Kadis) Perindag Lalu Agha Farabi dan jajaran yang ada di lokasi melakukan komunikasi dengan pihak pengelola SPBE, tetapi belum membuahkan hasil. Warga pun merasa kecewa tidak diberikan membeli gas elpiji, padahal mereka menunggu dan berpanas-panasan selama berjam-jam di SPBE.
Sempat Bersitegang
Hal ini membuat warga kehilangan kesabaran hingga bersitegang dengan petugas jaga SPBE. Hingga akhirnya, setelah melalui komunikasi alot dengan pengelola, pihak SPBE mengizinkan warga membeli gas elpiji.
Muaini, warga Bermi mengatakan, kedatangan warga beramai-ramai ke SPBE karena ingin membeli gas elpiji di SPBE tersebut. “Karena elpiji langka, sudah dua mingguan lebih, makanya kami datang ke sini untuk beli gas elpiji, kita bukan minta tapi beli ke sini,” terangnya.
Warga datang ke SPBE, karena lokasinya berada di dusun tersebut. Sehingga warga merasa harus mendapatkan hak untuk bisa membeli gas elpiji.
Ia mengatakan, gas elpiji selama hampir dua-tiga minggu terakhir langka sehingga menghambat aktivitas warga untuk memasak, berusaha dan lainnya. Warga tidak ingin datang menjarah, tetap9 ingin membeli. Pasalnya, langkanya gas elpiji selama beberapa pekan terakhir sehingga warga harus membeli ke daerah Labuapi, Gerung, Kediri, bahkan hingga Mataram. Namun elpiji sulit diperoleh. “Ndak ada (langka), elpiji ini, makanya kami ke sini,” imbuhnya.
Warga pun membeli gas elpiji di pasaran saat ini jauh dari harga Harga Eceran Tertinggi (HET). Bahkan warga membeli Rp25 ribu hingga Rp31 ribu per tabung gas elpiji, dari harga normal HET maksimal Rp18 rbu. Warga mengaku terpaksa membeli dengan harga segitu, karena untuk kebutuhan sehari-hari. “Apa boleh buat, karena kalau tidak ada gas elpiji apa kita pakai masak?” keluh dia.
Hal senada disampaikan warga lainnya, mengaku sangat kesusahan dengan kelangkaan elpiji ini sejak hampir sebulan, memasuki bulan maulid. “Ini sudah langka, harga pun tinggi,” keluhnya.
Ia berharap agar elpiji ini tidak langka, sebab warga tak mampu bergantung dari elpiji untuk kebutuhan sehari-hari, baik untuk memasak maupun berusaha kecil-kecilan. Dampak dirasakan warga selama ini sangat dirugikan karena tidak bisa beraktivitas akibat tidak ada elpiji. (her)