Mataram (globalfmlombok.com)
Isu peredaran beras premium yang diduga dioplos kini menjadi sorotan publik, menyusul langkah Kepolisian yang berhasil mengungkap peredaran beras oplosan ke pasaran. Sebanyak 13 merek beras diketahui ikut terseret dalam proses penyelidikan yang tengah berlangsung.
Merek-merek yang diduga masuk dalam praktik pengoplosan itu di antaranya Sania, Sovia, Fortune, dan Siip, yang merupakan produk dari Wilmar Group. Selain itu, beberapa produk beras premium seperti Sentra Ramos, Beras Pulen Wangi, Food Station, Ramos Premium, Sentra Pulen, serta Sentra Ramos yang diproduksi oleh Food Station Tjipinang Jaya, juga termasuk dalam daftar.
Hingga berita ini diturunkan, Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram belum memberikan tanggapan resmi terkait merebaknya isu ini. Upaya konfirmasi yang dilakukan juga belum mendapat respon dari pihak terkait.
Sementara itu, berdasarkan pantauan di sejumlah gerai ritel modern di Kota Mataram, sejumlah merek beras yang disebutkan dalam penyelidikan mulai menghilang dari peredaran. Salah satunya merek Sania, yang stoknya tampak kosong di beberapa titik penjualan.
“Stok beras Sania-nya kosong, sudah beberapa hari ini belum masuk barang (ke toko),” ungkap salah seorang petugas salah satu retail di Kota Mataram saat dikonfirmasi, Selasa, 15 Juli 2025.
Situasi ini turut dirasakan oleh warga. Citra, warga Mataram, mengaku cukup kesulitan mencari merek beras favoritnya, Sania, yang biasa ia beli di toko dekat rumahnya.
“Biasa beli beras merek Sania, kalau Raja itu kurang pulen, Sania itu bersih enak, pulen juga. Tapi setelah berita oplosan itu muncul, susah banget carinya,” ujarnya saat ditemui, Selasa, 15 Juli 2025.
Karena tidak menemukan merek yang biasa ia beli, Lusiana akhirnya beralih ke produk lokal yang tersedia di salah satu retail besar yang menjual beras asli dari wilayah Lombok Utara.
“Ya udah balik lagi ke produk daerah,” katanya singkat.
Hal serupa juga diungkapkan Nisa, warga Pagesangan, yang kini beralih menggunakan beras lokal untuk kebutuhan harian keluarganya.
“Beras merek yang diduga oplosan itu harganya lebih murah sebenernya. Walaupun harganya beda Rp5 sampai Rp6 ribuan, jadi mungkin itu kenapa pada banyak yang suka, rasanya juga pulen dan bersih. Karena sudah mau semingguan barangnya hilang di retail-retail sini, jadi beralih dulu ke beras lokal disini saja,” katanya.
Isu beras oplosan ini memicu kekhawatiran masyarakat sekaligus mendorong sebagian konsumen untuk kembali menggunakan produk lokal, meski dengan perbedaan harga. Pemerintah daerah diharapkan segera memberikan penjelasan serta melakukan langkah antisipasi agar tidak menimbulkan keresahan lebih luas di tengah masyarakat. (hir)