Mataram (globalfmlombok.com) – Kepala Biro Perekonomian Setda NTB, Dr. Najamuddin Amy, S.Sos., M.M., mewakili Gubernur NTB, Dr.H.Lalu Muhamad Iqbal, mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah. Acara ini dirangkaikan dengan Program 3 Juta Rumah, Selasa (11/11/2025) kemarin. Rakor berlangsung secara virtual dan menghadirkan narasumber dari berbagai institusi nasional seperti BPS, Bulog, Bapanas, Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Perdagangan (Kemendag), TNI Polri, serta Satgas Pangan.
Rakor dipimpin oleh Sekjen Kementerian Dalam Negeri Tomsi Tohir, serta diikuti oleh kepala daerah dan TPID Provinsi serta Kabupaten/Kota se-Indonesia. Najamuddin Amy mengatakan, perkembangan inflasi di NTB sepanjang Oktober 2025. Berdasarkan laporan, inflasi year on year (y-on-y) NTB mencapai 2,96%, sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,86%. Meski demikian, kondisi tersebut masih dinilai aman karena tetap berada dalam rentang target nasional yaitu 2,5 ± 1%.
Sementara itu, inflasi month to month (m-to-m) NTB pada Oktober 2025 berada di angka 0,35%. Sedangkan tingkat inflasi year to date (y-to-d) mencapai 1,92%. Angka ini berada sedikit di atas inflasi nasional yang tercatat 0,28% (m-to-m) dan 2,10% (y-to-d).
Ditambahkannya, berdasarkan pemantauan harga pada minggu pertama November 2025 (M1), terdapat empat provinsi di Indonesia yang mengalami kenaikan Indeks Perkembangan Harga (IPH). Sedangkan 34 provinsi lainnya justru mengalami penurunan. IPH NTB tercatat di angka -0,55%, dengan komoditas penyumbang utama yakni cabai rawit, beras, dan telur ayam ras.
Secara nasional, pertumbuhan ekonomi triwulan III (Q3) tahun 2025 mencapai 5,04%, sementara NTB berada pada level 2,82% (y-on-y).
Capaian NTB Tetap Positif
Meski persentase pertumbuhan ekonomi NTB secara total terlihat lebih rendah dari nasional, analisis lebih dalam menunjukkan capaian daerah ini tetap positif. Hal ini berkat peran sektor industri pengolahan.
Lanjut mantan Kepala Dinas Kominfotik NTB dan Kepala Dinas Perkim NTB ini mengatakan, kinerja pertumbuhan ekonomi NTB pada Q3 2025 dipaparkan sebagai berikut. Pertama, laju pertumbuhan ekonomi year on year (y-on-y) dengan sektor tambang sebesar 2,82%.
Kedua, laju pertumbuhan ekonomi tanpa sektor tambang mencapai 7,86%. Ini menunjukkan bahwa kinerja ekonomi NTB sesungguhnya sangat kuat. Apalagi jika tidak memasukkan variabel pertambangan yang masih mengalami hambatan ekspor.
Ketiga, pertumbuhan ekonomi quarter to quarter (q-to-q) dengan sektor tambang tercatat 3,91%. Sedangkan q-to-q tanpa sektor tambang berada di angka 4,36%. Keempat, pertumbuhan ekonomi cum to cum (c-to-c) dengan sektor tambang berada pada 0,22%, sementara c-to-c tanpa sektor tambang mencapai 6,55%.
Sektor Non-Tambang Berikan Kontribusi Signifikan
Dari data tersebut, menurut Dr. Najam, bahwa sektor non-tambang memberikan kontribusi signifikan dalam menstabilkan perekonomian daerah. Hal ini tercermin dari catatan bahwa dari 17 lapangan usaha, hanya sektor pertambangan yang mengalami kontraksi negatif. Kontraksi ini terjadi walaupun relaksasi ekspor biji logam telah diterbitkan.
“Namun belum terealisasi sepenuhnya dan belum masuk dalam laporan Q3. Di sisi lain, 16 lapangan usaha lainnya mengalami pertumbuhan positif, dengan sektor industri pengolahan mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai 66,65%,” katanya.
Capaian ini menandai bahwa transformasi ekonomi NTB sedang berlangsung. Ketergantungan terhadap sektor tambang mulai terdisrupsi. Hal ini terjadi seiring meningkatnya kontribusi sektor industri pengolahan yang kini muncul sebagai tulang punggung baru pertumbuhan ekonomi daerah.
Selain itu, menurut Dr. Najam, dinamika harga komoditas pangan strategis seperti cabai rawit, beras, dan telur ayam ras juga terus dipantau. Langkah ini penting untuk menjaga stabilitas inflasi dan daya beli masyarakat. Rakor inflasi yang digelar Kemendagri secara rutin ini, menjadi forum penting bagi daerah. Tujuannya untuk menyampaikan perkembangan terkini sekaligus merumuskan langkah strategis dalam menjaga stabilitas harga menjelang akhir tahun. (bul)


