Bima (globalfmlombok.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima memutuskan memindahkan kegiatan belajar mengajar (KBM) SMPN 4 Lambitu Satu Atap, Desa Kaowa, Kecamatan Lambitu. Keputusan ini muncul setelah kajian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menemukan adanya pergerakan tanah yang berpotensi membahayakan siswa maupun guru.
Tim PVMBG turun meninjau ke lapangan pada 13 Juni 2023. Mereka menemukan tipe rayapan (creep) dan nendatan (rotasi) dengan ciri retakan besar serta mahkota longsor di bagian atas bukit. Tinjauan ini dilakukan karena adanya gerakan tanah di Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, dan Desa Kaowa, Kecamatan Lambitu, yang terpantau sejak Mei 2023.
Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, dan Pemuda Olahraga (Dikbudpora) Bima melalui Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar (Dikdas), Husnul Khatimah, menegaskan bahwa pemerintah tidak ingin mengambil risiko.
“Fenomena gerakan tanah tersebut menjadi alasan sehingga kegiatan belajar mengajar untuk siswa harus meminjam lokasi di sekolah lain yang terdekat dan tidak mengalami bencana yang sama,” ujarnya, pada Senin, 8 September 2025.
Husnul menjelaskan bahwa relokasi sekolah bukan keputusan mendadak. “Rencana re-lokasi sudah dilakukan sejak tahun 2022. Mulai dari pengusulan pada anggaran Pemerintah Daerah hingga usulan bantuan Dana DAK Fisik Pusat. Kendala yang dialami dalam pengusulan bangunan sekolah tersebut tidak boleh direhab dan harus direlokasi pada lahan baru,” tuturnya.
Pada 2023 lalu, Dinas Dikbudpora bersama Pemerintah Desa Kaowa berhasil menyiapkan lahan baru. Pihak sekolah segera membuat sertifikat tanah sebagai syarat utama mendapatkan bantuan.
“Alhamdulillah dengan berbagai usaha yang dilakukan, melalui pemutakhiran Dapodik Sekolah yang didukung lahan baru bersertifikat. Maka pada tahun 2025 angkatan 6, SMPN 4 Lambitu Satu Atap akan mendapatkan bantuan Revitalisasi 2025,” terangnya.
Ia menyebutkan, saat ini pihak sekolah tengah menyiapkan kebutuhan administrasi dan teknis. Proses tersebut menjadi syarat mengikuti Bimbingan Teknik (Bimtek) penandatanganan perjanjian kerja sama penerima bantuan revitalisasi.
Keputusan relokasi memang menyulitkan siswa dan guru karena harus menumpang sementara di sekolah lain. Namun, sebagian orang tua menyatakan lega karena pemerintah bertindak cepat. “Mereka (orang tua siswa) menilai keselamatan anak-anak jauh lebih penting ketimbang kenyamanan belajar sementara,” imbuhnya.
Dengan kepastian bantuan revitalisasi, masyarakat Kaowa berharap SMPN 4 Lambitu segera memiliki bangunan baru yang lebih aman. Pemda berharap pembangunan bisa segera dilakukan setelah seluruh proses administrasi tuntas tahun 2025 ini. (hir)